Jumbo: Memeluk Duka, Merangkul Asa

 

Jumbo: Memeluk Duka, Merangkul Asa
Resensi Oleh Dian Oktaviani

Judul Film    : Jumbo 

Sutradara    : Ryan Adriandhy

Tahun Rilis    : 2025

Genre    : Petualangan, Fantasi

Durasi    : 1 jam 42 menit

Pemeran Utama : Prince Poetiray, Bunga Citra Lestari, Ariel Noah

Produksi    : Visinema Animation


    Ketika dunia terlalu keras pada orang dewasa, Jumbo hadir untuk menjadi teman khayal yang siap memeluk, mendengarkan, sekaligus menemani proses penerimaan diri itu perlahan-lahan. Melalui palet-palet berwarna, suasana zaman dulu yang dipenuhi permainan-permainan tradisional, Visinema Animation seakan ingin mengajak penonton untuk bernostalgia ke masa kanak-kanak bersama keluarga mereka. Dibintangi oleh Prince Poetiray, Den Bagus Satrio Sasono sebagai pengisi suara tokoh Don, film ini akan membawa kita selangkah lebih dekat dengan karakter Don yang ditinggalkan orang terkasih dan kini ia hanya tinggal bersama neneknya (Ratna Riantiarno). Meskipun tidak ada ayah dan ibu yang menemani, Don memiliki teman yang selalu bermain bersamanya, Mae (Graciella Abigail) dan Nurman (Yusuf Ozkan).


Dongeng Pulau Gelembung: Teman Pelipur Lara Don

    Bersama buku yang berjudul Dongeng Pulau Gelembung, yang ditulis oleh kedua orangtua Don, Don melalui hari-harinya dengan penuh ceria, imajinatif, dan penuh tawa. Meskipun hanya sebuah dongeng, ternyata hal itu menjadi elemen penting dalam film Jumbo. Di mana buku itu membantu Don bertemu teman baru, mengajari arti pertemanan sesungguhnya, cara berempati kepada sesama, sekaligus bagaimana pada akhirnya Don bisa berdamai dengan dirinya sendiri.  Tidak hanya itu, buku ini juga menjadi titik balik film Jumbo, di mana buku ini memegang peran penting dalam menyelesaikan konflik di film ini.


Konflik Yang Membawa Tokoh Film Jumbo Kepada Penerimaan Sejati

    Konflik utama dalam film ini dimulai ketika Atta (Muhammad Adhiyat) mencuri buku dongeng milik Don karena ia merasa tak terima dengan fakta bahwa Don dan teman-temannya bisa mengikuti festival di kampungnya. Dari situlah, Don dan teman-temannya bertemu Meri, sosok misterius yang tinggal di dunia lain. Dalam prosesnya, Don berjanji akan membantu Meri untuk menyelamatkan kedua orangtuanya, setelah Meri terlebih dahulu membantunya mengambil bukunya dan tampil di festival. Tak sampai disitu, keduanya kembali dihadapkan dengan masalah yang lebih serius yang pada akhirnya membuat mereka memahami apa arti kehilangan, kekuatan mendengarkan dan memaafkan, serta penerimaan yang sesungguhnya. 


Jumbo: Ketika Dunia Anak-Anak Bicara Tentang Luka Yang Tak Terlihat

    Meskipun mengangkat animasi drama keluarga, film ini ternyata juga menyelipkan isu sosial yang kerap kali terjadi di masyarakat seperti perundungan, pembalasan dendam, kebencian, kehilangan, dan trauma. Melalui film ini, penonton akan diajak melihat isu itu dari kacamata anak-anak, bagaimana Don yang sedari kecil sudah kehilangan kedua orangtuanya, dirundung oleh teman-temannya, serta bagaimana akhirnya ia menghadapi trauma yang dimiliki sampai ditahap ia bisa menerima semuanya dan berdamai dengan banyak hal. Tak hanya Don, kita juga bisa melihat isu itu pada tokoh lain seperti Atta yang dicap sebagai salah satu tokoh antagonis dalam film ini. Ternyata dibalik sosok antagonisnya, Atta memiliki luka batin yang cukup dalam. Perasaan kesepian dan kekurangan kasih sayang, rasa iri, rendah diri, kehilangan arah, hal itulah yang membuatnya menunjukkan perilaku bullying dan kebencian terhadap Don. Dari sinilah kita tahu bahwa bukan hanya orang dewasa saja yang bisa terluka dan memiliki trauma, tapi anak-anak pun juga bisa mengalami hal serupa.


Kelebihan dan Kekurangan: Tak Sempurna, Namun Tetap Bermakna

    Film yang berdurasi satu jam empat puluh lima menit ini memiliki kelebihan tersendiri. Di mana film ini memiliki visual animasi yang luar biasa. Terlihat dari desain karakter yang unik dan ekspresif, bahkan sudah bisa dikatakan desain animasinya sudah sekelas animasi luar negeri. Tak hanya desain visual yang luar biasa, penggarapan film Jumbo ternyata juga melibatkan artis-artis ternama seperti Bunga Citra Lestari, Ariel Noah, Angga Yunanda, dan masih banyak lagi yang lainnya. Selain itu, film ini memiliki pesan dan makna yang mendalam. Salah satunya mengajarkan kita untuk memahami orang lain dan mendengarkan cerita mereka. Kadang kita sebagai manusia hanya ingin terus didengar tanpa mau mendengar. Padahal saling mendengar dan memahami itu merupakan hal penting dalam kehidupan bermasyarakat. Selain itu, film ini dengan berani mengangkat isu sosial yang mana jarang ada di dalam animasi anak-anak. 


    Meskipun begitu, setiap karya tentunya memiliki kekurangan masing-masing. Dalam film ini, ada bagian yang tidak diceritakan secara mendetail yaitu tentang dunia arwah. Tiba-tiba saja karakter Meri (arwah anak kecil) muncul tanpa adanya sedikit gambaran mengenai latar belakang keluarga Meri sehingga membuat alur yang terkait dengan dunia arwah menjadi lebih cepat dan cukup membingungkan. Beberapa dialog antara karakter juga terdengar kaku, tidak menggambarkan dialog atau percakapan antara anak-anak pada umumnya.


    Meskipun tak sempurna, film ini tetap luar biasa dan layak untuk ditonton karena berhasil memadukan animasi anak-anak dengan isu-isu sosial yang kerap terjadi di masyarakat, sehingga banyak penonton yang merasa terhubung dengan karakter-karakter yang ada di film Jumbo. Selain itu, pesan-pesan yang disampaikan dalam film ini juga terkenang di hati penonoton. Jumbo menghadirkan dongeng khas anak-anak dan keluarga dibalut dengan isu-isu sosial yang cocok ditonton semua kalangan, dari anak-anak hingga dewasa.

Komentar

Postingan populer dari blog ini